Pages

Ketidakmampuan mengambil keputusan adalah kebenaran yang harus kita tolak untuk mempercayainya (Jacques Derrida)...

Jumat, 24 Desember 2010

Mazhab Inggris: Inekivalensi Diskursus International Society (English Shcool)

Dalam memenuhi kodratnya sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai suatu substansi estetis yang diterjemahkan sebagai suatu pola lanjutan komunikasi dua arah yang disebut interaksi. Dalam tataran individual pola interaksi ini yang ,mengilhami sekelompok scholar asal Inggris untuk mengkaji lebih lanjut tentang konseptualisasi interaksi masyarakat internasional dalam level analisis Internasional yang merapatkan diridan membentuk English School. English School menyandarkan diri pada asumsi normatif dari para schoolarnya seperti Jones, Linklater dan Suganami, Hedley Bull, Martin Wight, Robert Jackson, Tim Dunne dan Nicholas Wheeler mengemukakan berbagai teori normatif asumtif yang konsentrasinya cenderung kearah artikulasi konstelasi masyarakat internasional dan pengaruhnya terhadap konstelasi politik inbternasional. Istilah masyrakat internasional ini merujuk kepada suatu gagasan mengenai moralitas dan hukum dalam level internasional yang mengindikasikan adanya suatu kondisi ideal yang mengatur perilaku interaksi antar negara. lebih konstruktif lagi, masyrakat internasional dimaknai sebagai suatu kumpulan negara yang sadar akan kesamaan kepentingan dan secara sadar menyusun diri sebagai suatu konfigurasi masyarakat yang mengikatkan diri kepada suatu aturan bersama dalam hubungan bersama dalam konteks peranan dalam lembaga-lembaga masing-masing dengan tendensi kepentingan.
Berbicara tentang mahzab English School tidak akan terlepas dari stigma tentang ekivalensi antara Mahzab English School dengan paradigma masyarakat internasional. Masyarakat Intenasional tidak dapat dipungkiri adalah bagian paling konfliktual secara teoritis sebagai hasil olahan metodologis dan ontologis dari mahzab English School. Mengutip pendapat Bull tentang penolakan pemaknaan masyarakat dunia yang selama ini selalu dikaitkan dengan konteks global yakni pemaknaannya sebagai suatu derajat interaksi yang menghubungkan masyarakat dunia secara global melainkan harus adanya consensus tentang aturan yang dapat mengakomodasi kepentingan bersama dalam organisasi yang sama. Namun, pemahaman tentang masyrakat internasional ini dalam tubuh penganut Mahzab English School sendiri juga masih berupa propaganda. Dalam pandangannya, Bull berskap skeptis tentang eksistensi real dari masyarakat internasional. Bull beranggapan bahwa masyarakat internasional hanya merupakan gagasan normatif belaka tanpa ada bukti nyatanya dalam realitas. Dalam asumsi lain, Wight menyatakan bahwa konsep masyarakat internasional menghentikan dan menutupi perkembangan masyarakat real yang diasumsikan terdiri dari laki-laki dan perempuan yang intinya Wight setuju dengan asumsi dasar masyarakat internasional ala Mahzab English School. Namun disisi lain, mayoritas anggota Mahzab English School masih meyakini asumsi dasar realis tentang artikulasi, legitimasi dan agregrasi kepentingan manusia melalui mekanisme yang digalang oleh negara-negara berdaulat dan peran penting negara dalam mewujudkan kepentingan individual dan kelompok baik dalam konteks lokal maupun global.
Belum selesai perdebatan mengenai eksistensi masyrakat internasional secara real, muncul lagi suatu permasalahan kontemporer yang dimunculkan oleh Bull sebagai penganut setia mahzab English School yaitu korelasi antara masyarakat internasional dan politik internasional sebagai suatu substansi esensial. Masyrakat internasional sebagai bagian dari politik internasional merangkul kekuatan-kekuatan transnasional dalam artian mereka merangkul entitas-entitas diatas negara yang menjadi ciri dari pandangan liberalisme menjadi fondasi kekuatan mereka. Hal ini mejadi suatu kontradiksi, bagaimana suatu teori dengan segala kompleksitasnya secara awam dapat dikatakan memandang permasalahan dari pandangan yakni realis yang ditandai dengan pengakuan terhadap peran penting negara dalam interaksi berbagai komunitas masyrakat dan liberalisme yang ditandai dengan perngakuan adanya kekuatan politis yang berpengaruh terhadap level interaksi masyarakat internasional sebagai entitas diluar negara dengan asumsi adanya kekuatan supranation setingkat transnasional.
Jadi, dengan adanya konsep masyarakat dunia dan masyrakat internasional yang dikembangkan oleh Mahzab English School, maka dapat dikatakan telah adanya garis pembeda yang tegas antara pandangan pluralis dan solidarisme mengenai masayrakat internasional. Dalam konteks pandangan tradisional, masyrakat internasional dianggap sebagai suatu konsep yang kalah penting dengan analisis terhadap polam interaksi antar negara sebagai penyusun fondasi politik internsional. Jika di telaah lebih mendasar lagi, Mahzab English School merpakan substansi dari Teori Kritis. Hal ini dapat dibuktikan dengan berkaca pada munculnya perdebatan dalam tubuh Mahzab English School sebagai cerminan dari kepedulian Mahzab ini terhadap potensi emansipasi manusia yang menjadi dimensi kajian teori kritis.
Agenda Mahzab English School adalah kritis dan normative yang telah menjadi suatu pegangan penting bagi sarjan-sarjajna muda di tahun 1990an (Suryana, 2009). Focus kajina pada masa itu adalah bagaimana suatu intervensi kemanusiaan tidak boleh menghalangi hubungan yang lebih mendalam lagi antara dunia maju dan negara berkembang. Perkembangan kajian Hubungan Internasional sangat didukung oleh studi kompareatif dan narasi historisis dari Mahzab ini karena meletakkan nilai-nilai normative sebagai bagian penting dari sistem internasional. Analisa ini didasarkan pada pendekatan yang dilakukan oleh English School merupakan pendekatan historisis dan studi komparatif dengan komparasi tiap satuan komunitas masyarakat dan catatan historis dan perkembangannya dari waktu-ke waktu.
Beralih keranah kritik terhadap asumsi substansi teori kritis ini, Mahzab English School banyak dikatakan sebagai sebuah batu keras yang tidak akan mau mengubah posisinya dalam perdebatan empirik demi pengakuan terhadap integritasnya. Namun, pandangan ini malah memancing asumsi bahwa sikap pengaut mahzab ini menyebabkan berkurangnya integritras dan konsekuensi dari mahzab ini. Di lain sisi, Mahzab ini juga terkesan bermuka dua dengan melihat konstelasi internasional dari dua arah yang berbeda yang dibuktikan dengan adanya perdebatan didalam tubuh Mahzab Inggris. Sebagai contoh kurang konsistennya mahzab ini adalah disalh satu pandangnnya meskipun membedakan diri dengan realis, namun dalam suatu waktu mereka juga tidak ragu menggunkan pandangan realis dalam analisisnya. Secara umum, pandangan kontekstual dari mahzab ini terhadap realis, rasionalis dan revolusionis dapat dijelaskan sebagai berikut. Realis dipandang sebagai pemerhati politik anarki karena mereka memandang realis sebgais suatu tampilan yang kekal yang tidak berubah dalam Hubungan Intrenasional. Yang kedua, rasionalis dipandang sebagai negasi dari realis yang menggambarkan bahwa diplomasi dan perdagangan dapat merubah efek anarki dari politik anarki ala realis dipandang dari sudut pandang pengorganisasian dan interaksi yng berkesinambungan. Yang ketiga, revolusionis dinaggpa sebagai entitas yang memusatkn perhatin pada cara multiplisitas negar-negar berdaulat dalm membentuk keseluruhan moral dan cultural yang dapat melewati efek anarki (Little dalam Suryana, 2009). Akhirnya, dapat ditarik suatu kesimpulan logis bahwa analogi Mahzab Inggris yang setara dengan masyarakat internasional, karena kompleksitas dari Mahzab Inggris masih terdapat banyak variable aspek yang dikaji oleh Mahzab Inggris selain masyarakat internasional, misalnya Puralisme Metodologis,Positivisme, Realisme, sistem internasional dan revolusionisme dalam konteks sudut pandang mereka dan dalam level analisis Hubungan Internasional.

Referensi :
Asrudin; Suryana, Mirza Jaka, dkk, REFLEKSI TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL (dari Tradisional ke Kontemporer) Graha Ilmu : 2009,
Burchill, Scott & Linklater, Andrew, Theories of International Relations, 1996
Griffiths, Martin and O’Challagan Terry, International Relations The key Concepts, 2002
Jackson, R., &. Sorensen, G. (1999) Introduction to International Relations, Oxford University Press.





.

1 komentar: