Pages

Ketidakmampuan mengambil keputusan adalah kebenaran yang harus kita tolak untuk mempercayainya (Jacques Derrida)...

Jumat, 24 Desember 2010

Maexisme dan Neomarxime : Strukturalis borjuis proletar

 Marx memandang konflik kelas yang terjadi adalah awal dari revolusi dalam tataran yang lebih luas (Suryana 2009). Dalam hal ini Marx mementingkan esensi dari konflik kelas sebagai tonggak awal dari revolusi sosial dimana alat-alat produksi dijadikan control terhadap benefit kaum proletar. Artinya, kaum proletar yang memiliki kuantitas lebih daripada kaum borjuis akan mampu menjadi control sosial bagi kaum borjuis dimana kaum borjuis mempunyai ketergantungan akan tenaga pekerja kaum proletar, sehingga kaum proletar akan mempunyai suatu power terhadap kaum borjuis.

Sebagai suatu perspektif dalam Hubungan Internasional, tentu saja marxisme mempunyai suatu impact terhadap hubungan internasional. Salah satunya adalah proses invasi kapitalisme dalam bentuk imperialisme dan kolonialisme. Namun faktanya ini berlanjut saat koloni-koloni trsebut mendapatkan kemerdekaan (Sorensen 2005 : 240). Lenin menganalisa proses ini sebagai proses pembangunan tidak seimbang, artinya setiap invasi kapitalis ini tidak selalu merata anatar setiap Negara, industry dan perusahaan . Sebagai contoh adalah tuntutan pembagian wilayah internasional oleh Jerman karena adanya adanya kompetisi dalam ekonomis dengan Inggris(Sorensen 2005 :240).

Kembali kepada esensi awal dari marxisme sebagai konflik kelas antar kaum borjuis dan kaum proletar, maka muncul transformasi dan pembaharuan dari marxisme yang disebut neomarxisme. Pembaruan ini menjurus pada tataran sosial pada Negara dunia ketiga yang terkena impact dari perekonomian global kapitalis. Aktornya dalah negar-negara kaya yang cenderung dominative terhadap Negara-negara miskin dunia ketiga (Sorensen 2005 : 75).  Logika sederhananya adalah Negara – Negara dunia ketiga adalah objek invasi kapitalis negar-negara dunia pertama, implikasinya power dari negar-negara dunia ketiga yang bisa di jadikan transaksi dengan Negara dunia pertama adalah sumber daya alam yang harus diual dengan harga mura . Singkatnya, negar dunia ketiga adalah subjek pertukaran tidak seimbang yang di cetuskan Lenin. Neo-Marxisme mengenal beberapa teori dalam pandangannya antara lan, teori bahwa dalam tataran dunia internasional terjadi suatu ketergantungan antara  negara kaya dan negara miskin sehigga terjadi suatu proses invasi dan eksploitasi negar kaya terhadap negara miskin. Oleh Wallerstein, dunia dibagi menjadi tiga klasifikasi negara yaitu  core. Periphery dan semiperiphery. Terjadi suatu ketergantungan disini, anatar negara kaya, negara medioker dan negara miskin. Negara miskin menjadi dasar dari eksistensi negara medioker dan negara maju karena secara umum negar miskin adalah penyandang utama sumber daya alam yang dibutuhkan oleh negar-negara diatasnya untuk berproduksi. Berbanding terbalik dengan uraian tersebut, negara-negara medioker dan negara-negara miskin menjadi pangsa pasar yang menguntungkan bagi negara kayak arena benda produksi negara kaya tidak dapat diproduksi di kedua jenis negara tersebut sehingga menreka hanya menjadi konsumen aktif. Namun juga tidak dapat dikesampingkan adanya dominasi dari negara kaya kepad negara-negara dibawahnya sesuai dengan agenda konflik kelas yang di cetuskan Marxisme. Jadi selain terdapat dependensi juga terdapat dominasi dalam neomarxisme.  Agenda utaman dari neo-marxis adalah menrevolusi struktur dunia secara total sehingga terbentuk suatu sistem tanpa kelas yang dianggap adil bagi semua golongan. Namun dalam pewujudan tujuan utama ini, konflik dari kaum kelas borjuis maupun proletar menjadi hal paten terjadi, karena suatu revolusi tidak mungkin tidak membawa konflik ataupun korban. Perdamaian dan keamanan akan terjadi ketika sampai pada titik dimana terjadi ekualisasi antara kaum borjuis dan kaum proletar dalam hak dan kewajiban.

Dalam kedua pandangan tersebut dapat diasumsikan sangat ekonomi sentries. Hal ini dapat dilihat dari kedua agenda utama kedua pandangan tersebut, marxisme menitikberatkan pada adanya konflik kelas anatar kaum borjuis dan proletar yang diklasifikasikan berdasar kepemilikan faktor produksi dan merupakan substansi dari aspek ekonomi. Begitu juga degan neomarxis yang mengadopsi pembagian negara menurut Wallerstein menjadi core, pheriphery dan semipheriphery. Sekali lagi juga diklasifikasikan berdasarkan kepemilikan faktor produksi dalam berbagai bentuk. Menurut saya, dlaam marxsisme aspek ekonomi yang menjadi konsentrasinya tidak dibarengi dengan pengkajian aspek-aspek pendukung lainya. Tidak dapat dipungkiri bahwa ekonomi merupakan dasar fundamental dalam berbagai aspek kehidupan, namun ekonomi sendiri juga dibangun di atas fondasi structural dari berbagai aspek misalnya aspek sosial dan cultural suatu masyarakat. Jadi, dapat saya asumsikan bahwa marxsisme dan neo marxsisme terlalu asyik meneksplorasi aspek ekonomi namun kurang akomodatif terhadap aspek-aspek yang menyokong ekonomi tersebut, padahal ekonomi terdiri dari beberapa substansi yang juga penting bagi kelanjutannya misalnya aspek soial dan budaya.





Referensi :

  • Burchill, Scott & Andrew Linklater, ,  Theories of International Relations, 1996

·         Asrudin; Suryana, Mirza Jaka, dkk, REFLEKSI TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL (dari Tradisional ke Kontemporer) Graha Ilmu : 2009,

·         Griffiths, Martin and O’Challagan Terry, International Relations The key Concepts, 2002

·         Jackson, R., &. Sorensen, G. (1999) Introduction to International Relations, Oxford University Press.



   






Tidak ada komentar:

Posting Komentar